oleh-oleh silaturahmi

"Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”
(sabda Rasulullah SAW)

Momen lebaran memang momen yg dirasa paling pas untuk melakukan silaturahmi. Mungkin karena Idul Fitri merupakan hari kemenangan dan silaturahmi merupakan sarana untuk membagi kebahagiaan dan penyempurna kemenangan dengan meminta maaf kepada sebanyak-banyak orang, selain itu akibat kesibukan yang mengakibatkan momen lebaran merupakan satu-satunya waktu untuk menengok kampung halaman.

Bagi keluarga besar saya, silaturahmi atau yang biasa disebut "ujung" oleh orang jawa, menjadi salah satu tradisi Idul Fitri. Sayangnya lebaran kali ini saya hanya bisa ikut ujung ke beberapa tetua, yang pertama adalah tantenya nenek saya yang usianya 100 lebih dikit (anak beliau aja sudah lupa). setelah itu ke om dan bude ayah saya (2-2 nya g muda pastinya). Saya mendapatkan beberapa pelajaran yang bisa diambil dari silaturahmi.
tantenya nenek saya (yg rambutnya putih)

Yang pertama, saya lebih mengerti sejarah keluarga saya dari pelaku sejarah itu sendiri. Mau ga mau, bosan ga bosan kan besok saya dan sodara2 seumuran saya yang harus meneruskan tradisi ini, kalau kami ga benar2 tau, g cuma tradisi tapi hubungan kekeluargaan lah yang bakal putus. Maklum lah, keluarga besar saya masih tradisional dan sangat memegang teguh nilai adat dan budaya. Unggah ungguh menjadi hal yang penting bagi mereka (sesepuh). Bukan tanggung jawab yang ringan.. huhuu.. apalagi buat saya yang punya kemampuan mengingat wajah+nama yang mendekati nol, untung saya diberi kemampuan mengingat jalan yang cukup baik, besok2 jadi navigator aja gpp lah, ahahaa..

Pelajaran kedua, tentang makanan-makanan tradisional yang nyaris menjadi artefak. Saat ini mulai sulit menemuinya, kemarin aja, saya cuma dapet di rumah2 sesepuh2 yg bener2 sepuh, itu juga mereka bikin sendiri. Bisa dimklumi sih kenapa makanan-makanan ini terkalahkan oleh makanan-makanan modern, dari segi bentuk udah kalah jauh. Kalo soal rasa, makanan modern yang pake perasa kimia jelas lebih enak di lidah, walaupun efek jangka panjangnya jauh lebih berbahaya. yang terakhir dari segi nama, penamaan makanan tradisional ini sering g mempertimbangkan sisi estetika, g tau apa karena orang-orang dulu lebih jujur atau memilih sisi praktis, makanan-makanan ini diberi nama sesuai dengan bentuknya, tak peduli seperti apa bentuknya. misalnya makanan yang bernama unthuk cacing, yg artinya kurang lebih rumah cacing. geli ga sih dengernya apalagi kalo liat bentuknya, rasanya enak juga manis gurih mirip kembang goyang. Bahkan yg lebih parah ada juga yg diberi nama tai kucing, apa banget kaaannn? yg konon karena bentuknya seperti kotoran kucing (yaiks.. g bisa dibayangin), untung waktu itu makanan ini g ada jd cuma diceritain doang. Ada juga makanan yang namanya aneh, rondo kemul, rondo=janda dan kemul=selimut, jadi janda berselimut. maksudnya? ternyata adalah jadah (makanan semacam wajik dari ketan dan kelapa) yang digoreng. mungkin karena garing di luar dan gurih lembut di dalam. Yang terakhir ada kue jahe, g aneh sih, tapi udah mulai langka, cookies yang berasa jahe beneran ini ternyata enak juga, padahal dulu waktu kecil saya g doyan, ahahaa.. Sayangnya kemaren saya g ke rumah eyang tante yang jago bikin kembang goyang, yang ini mulai langka juga, dinamai kembang goyang karena masaknya digoreng dengan cetakan berbentuk bunga(kembang) dan waktu digoreng harus digoyang2 biar ga lengket, ini makanan tradisional khas lebaran yang paling saya suka, rasanya manis, gurih, renyah, enak banget buat ngemil.
rondo kemul
kue jahe (kiri) unthuk cacing (kanan)

cetakan unthuk cacing (gugling ternyata nemu cetakannya)

kembang goyang

p.s: kebanyakan foto hasil gugling.


Pelajaran selanjutnya adalah cara bertamu di rumah para sesepuh saya. Agak membosankan sih, yang pertama duduk di ruang tamu, ngobrol ngalor ngidul sambil cemal-cemil sana sini, semakin dekat semakin lama ritual ini berjalan. Selama proses ngobrol ini berlanjut, salah satu dari pemilik rumah akan masuk ke dalam rumah dan beberapa menit kemudian akan memanggil tamunya masuk ke dalam rumah untuk makan besar. dan jangan harap bisa pulang sebelum "mengotori piring". Bayangkan bagaimana penuhnya perut saya ketika waktu pulang tiba, dan jangan heran sebelum 1 hari habis saya udah bosen setengah mati sama ketupat dan lontong.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar: